28 Juli 2011

Caraku Menggapai Hatinya*



Lihat ku disini
Kau buatku menangis
Kuingin menyerah
Tapi tak menyerah
Mencoba lupakan

Tapi ku bertahan

Kau terindah
Kan slalu terindah
Aku bisa apa tuk memilikimu
Kau terindah kan slalu terindah
Harus bagaimana ku mengungkapkannya

Kau pemilik hatiku

Mungkin lewat mimpi
Kubisa tuk memberi
Ku ingin bahagia
Tapi tak bahagia
Ku ingin dicinta

tapi tak dicinta

Kau terindah
Kan slalu terindah
Aku bisa apa tuk memilikimu
Kau terindah kan slalu terindah
Harus bagaimana ku mengungkapkannya

Kau pemilik hatiku

Kau terindah
Kan slalu terindah
Aku bisa apa tuk memilikimu
Kau terindah kan slalu terindah
Harus bagaimana ku mengungkapkannya

Kau pemilik hatiku
Kau pemilik hati
Kau pemilik hati

Kau pemilik hatiku

(Armada - Pemilik Hati)



Waktu pertama kali dengar lagu ini di salah satu televisi swasta, tiba-tiba pipiku terasa hangat, mataku basah.

Yeah,I'm crying.....and is't not jokes baby....I really crying...

Lagu ini benar-benar menggambarkan keadaanku malam itu. Actually I do not understand what was happening to me, but it was like something is missing from some of my soul. Sepanjang malam aku mengisi status Facebook-ku dengan doa-doa kepada yang kuasa untuk senantiasa melindungi keluargaku terutama Imam hidupku, yah, suamiku tercinta.
Ini seperti dilema. Ini seperti ia ada didekapku namun tak bisa kusentuh.

Melankolis ya....
But I really felt there was a part of my soul in this song
Mungkin agak terdengar lucu....saya merasa dicintai tapi tidak dibutuhkan....:)

And for u, my love....This allusion is not to disparage you or describe the circumstances we're not good.
Kita akan selalu baik-baik saja karena doa orang-orang yang mencintai kita.....and I really love you..

25 Juli 2011

KESETIAAN (&) KEBUTUHAN BIOLOGIS


Sebuah judul yang sebetulnya saya agak ragu untuk menulisnya....
We'll see, akan coba saya jelaskan maksudnya...


Saya sudah menikah dan sangat bahagia dengan anak kami yang sedikit-sedikit mulai kami ajari bagaimana cara mengerti orang dewasa dan cara berfikir mereka yang munafik.

Dulu, dulu sekali ketika melihat sebuah pernikahan saya sering bertanya, apakah janji setia yang diucapkan mereka yang menikah itu bisa dipertahankan? Karena "Sehidup Semati" bukan hanya dalam kesukaan, tapi juga dalam kedukaan. Bisakah mereka menjalaninya sampai batas akhir dimana benar-benar hanya maut yang memisahkan mereka?! Apalagi hidup ini selalu dipenuhi dengan perbedaan pendapat, permasalahan, dan faktor-faktor X lainnya.

Kesetiaan. Setiap yang menikah, berpacaran, persahabatan selalu berlandaskan kesetiaan. Tapi arti SETIA itu sendiri.....
Pengertian sederhana saya setia adalah tidak pernah meninggalkan dalam keadaan apapun, dalam bahagia atau luka, dalam sehat maupun sakit. Namun belajar dari apa yang terjadi dalam hidup saya,
saya jadi berpikir yah apa iya saat ini kata setia itu masih ada? Apakah kata setia itu masih berlaku untuk manusia?

Namun, dengan alasan apapun pengkhianatan tentu tidak ada pembenarannya.
Ketika suami saya mendapatkan pekerjaan di Papua, saya jelas menolak. Ini bukan karena saya tidak percaya pada kesetiaannya, tapi saya sebagai istri merasa akan sangat kehilangan dan merasakan beban karena tidak bisa memberikan kewajiban psikologis dan biologis kepada suami saya. Tapi saya juga tidak menampik kemungkinan perselingkuhan, entah oleh saya atau suami saya.

Long distance relationship...sungguh sebuah istilah yang sangat saya benci. Hal ini memberikan peluang pengkhianatan. Saya sangat mencintai suami saya sehingga saya tidak ingin jauh dari dia dan anak saya.
Ini cerita tentang seseorang yang saya kenal..
Saya menyukai karakteristiknya (bukan fisik) baik, perhatian dengan keluarga, sopan dan sangat bertanggung jawab. Tapi ternyata penilaian saya salah ketika suatu hari saya melihat dia mulai mengabaikan pasangannya. Asyik "mahsyuk" dengan orang lain disebuah tempat hiburan malam tanpa memikirkan pasangannya menunggu ditempat nun jauh disana, mendoakan kesehatan dan rezekinya. Tapi ini hanya sebuah cerita, cukup saya yang merasakan. Saya menangis dalam hati ketika saya melihat dengan mata saya sendiri "keganasannya" bermain-main dengan api. Tuhan, ini doaku padamu..jangan biarkan sang burung merpati yang sedang menunggu disana terluka dan tahu pengkhianatan ini. Hatinya pasti sakit, terluka. Biarkan ini menjadi rahasia..
Mungkin ini yang menjadi alasan saya tidak ingin berpisah dengan anak dan suami. Saya tidak akan membiarkan hati saya kosong sehingga dengan mudah orang lain datang mengisi kekosongan itu...na'udzubillahimindzalik.


Saya bersyukur, ketika saya pulang kerumah, ada suami tercinta yang menjemput, ada anak yang menunggu dan berteriak "Umi..." ketika ia melihat saya membuka pagar rumah. Tuhan, sungguh nikmatmu sangat indah dan jauhkan kami dari hal-hal yang dapat merusak iman kami..amiin.

Pengkhianatan jelas sangat dibenci Tuhan, bahkan jelas diajarkan pada setiap agama. Islam, Allah sangat membenci perceraian, dalam Katolik, tidak pernah ada kata perceraian. Kalaupun ada, pembatalan pernikahan hanya akan dilakukan ketika pasangan memiliki kelainan seksual, kelainan psikis. Lalu, kita sebagai manusia..apakah merasa lebih mulia dari Tuhan ketika dengan mudahnya melakukan pengkhianatan. Sadarlah kita makhluk yang terbuat dari tanah, bahwasanya hidup kita ini singkat. Jagalah CINTAmu maka Tuhan-pun akan senantiasa ikut menjaga kesuciannya.